today's dialogue

In Bahasa.

Aby membuka pintu rumah dengan kepala menunduk. Mama, yang sedang duduk di sofa bermotif kotak-kotak kuning-hijau sambil menguncir rambut Rosna--adik Aby yang masih duduk di bangku SD kelas 5, menyambut Aby dengan pertanyaan, "mana teman kamu?" tanya Mama berbarengan dengan Rosna yang juga bertanya, "temannya mana kak?"
Aby mengangkat kepala sambil berjalan masuk ke rumah dan menjawab sambil duduk di sofa, berseberangan dengan Mama dan Rosna. "Ga jadi main, Ma," jawab Aby dengan suara kecewa.
"Yah, kok bisa begitu?" tanya Mama dengan nada yang kedengarannya lebih kecewa daripada Aby sendiri.
Aby menjelaskan, "Tadi pagi Aby sudah bertemu Amee dan mengingatkan dia, yah sebenarnya Aby malah menanyakan "Nanti pulang sekolah main dimana nih, Mee?" terus kata Amee, "Main? Sekarang sudah bukan waktunya main lagi, By. Belajar." Aby kan bingung, Ma, sama jawaban Amee. Terus Aby bilang, "Lah? Bukannya kamu yang ngajak main kemarin? Kata Kanis kemarin..." Lalu, kebetulan Kanis lewat, Ma, saat Aby bicara. Aby panggil. "Kanis, kata kamu kemarin Amee ngajak main..." Belum selesai Aby bicara, Kanis sudah menjawab, "ga jadi, By." "Lah?" Lalu, Amee juga menyambung dengan muka masam, yang selalu bisa bikin aku jengkel, "Iya, ga jadi." Yaudah ga jadi deh, Ma."
"Lalu yang lain?" tanya Mama.
"Yang lain?"
"Iya, si Ivan."
"Oh."
"Kok "Oh"?"
"Ga tau. Dia sudah melihat Aby tapi ga senyum maupun nyapa Aby," jawab Aby, memalingkan wajah dari Mama.
"Oh, ya sudah kalau begitu," kata Mama sambil melepaskan tangannya dari rambut Rosna. "Sudah de."
Rosna memakai kerudung putih yang tadi ada di pangkuannya dan menyandang tas gemblok pink-nya. "Rosna berangkat ngaji dulu, ya, Ma," Rosna mencium tangan Mama, "Da-dah kakak, Assalamu'alaikum." Rosna berlari keluar rumah.
---
Malam harinya.
Ayah tiba di rumah. Kalimat pertama yang keluar setelah salam berbentuk pertanyaan yang ditujukan pada Aby. "Teman-teman kamu mana? Katanya mau main hari ini?"
Aby yang sedang tenggelam dalam novel yang sedang dibacanya sambil tiduran di sofa mengangkat wajah dan menjawab, "Ga jadi, Yah."
"Yah, kenapa begitu?"
Kenapa Aby mengulang percakapan ini dengan Ayah? "Ga tau, tuh." Cuma itu yang Aby katakan kepada Ayah. Aby tidak mau mengulang cerita tadi sore. Sedih mengingatnya.
"Lalu si Ivan?"
Aduuuh, benar-benar deh. Kenapa Ayah juga menanyakan tentang Ivan? "Ga tau juga, Yah."
"Aby... Ayah..." Mama memanggil dari ruang makan, "Makan dulu."
"Iya, Ma..." Aby menyahut, menutup novelnya, dan bangkit dari sofa. "Yuk, Yah." Aby dan Ayah berjalan ke meja makan.
---
"Wiii... Ga biasanya nih, Ma. Kue-tiaw. Mama yang bikin?" tanya Aby sambil tersenyum.
"Ga. Tadi Mama beli," jawab Mama.
"Kok aku ga lihat?" tanya Aby mengalihkan pandangan ke Mama.
"Tadi pas kamu mandi.
"Oh..."
---
"Duh, kenyang nih, Ma." Di piring Aby masih tersisa setengah porsi Kue-tiaw. "Harusnya aku makan sepiring berdua. Berdua Ivan." Aby tersenyum lalu menjulurkan lidahnya, jahil.
Ayah yang merespon. "Ya sudah, bungkus saja buat si Ivan."
"Dibungkus? Ayah niat apa meledek? Mending dibeliin yang baru, Yah."
"Ya sudah sana." Ayah mengeluarkan dompetnya.
"Ih, apaan sih, Yah. Lagian bagaimana Aby memberikannya?"
"Ya sudah, besok kamu beliin di sekolah."
Rasanya ayah selalu menjawab dengan "Ya sudah" terus deh. "Hah? Niat banget. Ga perlu, Yah. Aby bingung bagaimana memberikannya."
"Bingung?"
Aby mengangguk.
"Bagaimana dengan sekolahmu hari ini, By?"
Percakapan dilanjutkan dengan cerita Aby mengenai kegiatannya di sekolah hari ini.
---
Sambil menghabiskan Kue-tiaw-nya, Aby mengingat percakapannya saat makan malam dengan keluarganya kemarin. Setelah menceritakan kegiatannya sehari kemarin dengan ditutup cerita tentang Ivan, Ayah bertanya ke Aby, "memangnya Ivan pacar kamu?"
Aby langsung menjawab dengan cepat, "bukan, Yah."
"Anaknya seperti apa sih?"
Rosna yang menjawab, "mandiri loh, Yah."
Mama menyambung, "Iya loh, Yah. Hanya tinggal berdua dengan kakaknya disini."
"Orang tuanya?"
Rina yang menjawab, "di kampung, Yah."
Mama menyambung, "anak mushola loh, Yah. Rajin sholat, rajin puasa Senin-Kamis, ..."
"Ayah kalau mau bertanya tentang Ivan ke Mama saja. Mama sama tahunya dengan Aby, kok." Aby memotong Mama lalu tersenyum.
Mama melanjutkan bercerita dengan bersemangat. Ayah menyimak dengan baik.
Ah, lucunya orang tuaku. Seandainya mereka tahu Ivan sudah mempunyai "target" sendiri, mereka pasti tidak akan melanjutkan membahas tentang Ivan. Seandainya mereka tahu kalau anaknya ini sering merasa sedih karena Ivan, mereka pasti akan menyuruhku untuk melupakan Ivan. Bukan salah Ivan memang. Aku mencari kesedihanku sendiri.
---
Setelah semua sudah selesai makan, Rina mengumpulkan semua piring di atas meja untuk dia cuci. Aby mengambil novel yang tadi diletakkan di atas laci di sebelah dispenser. Aby pergi ke kamarnya.
Aby naik ke atas tempat tidurnya, berbaring dan mulai membaca novelnya.
---

Komentar