Trans Jakarta & Trafi

Sudah 2 minggu naik Trans Jakarta untuk berangkat dan pulang kerja.

Setelah hampir 4 tahun bekerja, hanya pernah 1 kali mencoba naik Trans Jakarta dan kapok. Kejadiannya sudah hampir 2 tahun yang lalu. Sampai di halte Trans Jakarta jam 7, baru dapat bus jam 9, sampai di tujuan jam 10. Luar biasa kan. Pulang kerja minta dijemput :D

Bulan Ramadhan tahun ini, ga ada rencana sebelumnya kalau mau coba Trans Jakarta lagi. Tapi tepat sehari sebelum masuk Bulan Ramadhan, ijin sama Mama buat naik Trans Jakarta saja ke kantor, dengan alasan sepertinya berbahaya mengendarai motor sendiri di pagi hari karena biasanya mengantuk efek sahur. Padahal sudah 4 Ramadhan mengendarai motor sendiri :D Tapi entah kenapa kali ini takut.

Hari pertama lancar jaya. Menunggu bus tidak sampai 5 menit dan perjalanan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Wow. Lamanya sama dengan naik motor sendiri. Jadi positif lah mindset tentang naik Trans Jakarta ke kantor.

Hari kedua parah banget. Tiba-tiba jalanan lebih ramai, perjalanan memakan waktu 1,5 jam.

Tapi hari ketiga dan keempat masih lanjut, walaupun kecewa dengan hari kedua. Tidak ada masalah. Belum. Hari kelima puncak macet terparah saat jam pulang kantor. Dua jam, berdiri pula. Ku ingin menyerah tapi tetap bertahan sampai hari ini, hari ke 11 Ramadhan.

Sejauh ini naik Trans Jakarta selama 9 hari (Sabtu-Minggu libur), ada kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan:
+ Kalau dapat tempat duduk, syukur, bisa istirahat sampai tidur
+ Motor ga nganggur di parkiran kantor, bisa dipakai adik buat pulang pergi kampus. Karena durasi kuliah ga lama, bisa antar jemput adik yang bontot sekolah, bisa antar jemput mama buat belanja atau pergi-pergi ke tempat lain
+ Lebih ekonomis, pulang pergi hanya Rp 7.000 + bensin motor Rp 10.000/hari (kalau naik motor ke pulang pergi kerja Rp 10.000/hari belum termasuk ongkos sekolah dan kuliah adik-adik dan mama ke rumah sakit untuk terapi.
+ Secara pribadi, bantu kurangi polusi (tapi kalau dihitung dari segi keluarga masih sama karena motor masih dipakai :D)

Kekurangan:
- Kalau tidak dapat tempat duduk sejak awal naik sampai turun, kuat-kuatin berdiri selama 45 menit - 1 jam. Ekstrimnya 2 jam (pengalaman selama 9 hari naik Trans Jakarta di bulan Ramadhan)
- Kalau macet, terima nasib (kalau motor masih bisa selip, atau cari alternatif jalan lain)
- Jam pulang pergi terbatas jam operasional bus. Harus mikir lagi kalau mau lembur lewat dari jam 9 malam

Nah, sebenarnya selain pengalaman naik Trans Jakarta, tulisan ini juga ungkapan terima kasih kepada aplikasi Trafi.


Aplikasi ini membantu sekali. Sebelumnya dikenalin salah satu teman tentang aplikasi ini. Tapi setelah download, tidak terpakai karena belum butuh (masih naik motor sendiri), jadi di-uninstall. Tapi di hari kelima teringat, coba download lagi karena 4 hari sebelumnya cuma harap-harap cemas takut telat karena Trans Jakarta tidak kunjung datang. 

Dan berguna saudara-saudara. Bisa tau kapan busnya akan datang, saat ini posisi bus dimana, nomor busnya, akan ada keterlambatan atau tidak. Bahkan hari ini jadi tau, lewat nomor bus bisa tau busnya jenis apa. Maksudnya, misal ada nomor bus TSW dan TJ. Setelah beberapa hari perhatikan, TSW ini adalah jenis minitrans dan TJ adalah metrotrans. Minitrans lebih kecil dan selalu penuh, kalaupun dipaksa masuk, akan selalu berdiri sampai tujuan. Metrotrans lebih besar dan lebih sepi, jadi selalu bisa duduk sampai tujuan. Pagi ini ada 2 TSW paling awal, dan selanjutnya TJ. Akhirnya milih menunggu 15 menit lebih lama supaya bisa naik TJ dan duduk. Alhamdulillah benar bisa duduk :D


Alhamdulillah trafi sangat berguna. Karena tau jadwal datangnya, jadi bisa memutuskan apakah tetap lanjut naik Trans Jakarta atau mencari alternatif lain. Kebetulan ada alternatif lain seperti Kopaja dan Transportasi Online. Tapi ga suka dua-duanya hehe... Kalau Kopaja panas, tapi kalau darurat mungkin akan tetap naik. Kalau Transportasi Online lebih mahal hehe.

Sudah itu saja dulu. Sekian :D

Komentar